Deduksi jauh lebih sering
terjadi dari persangkaan kebanyakan orang. Hampir setiap keputusan adalah
deduksi, dan setiap deduksi ditarik (dideduksikan) dari suatu generalisasi yang
berupa gneralisasi induktif yang berdasar hal-hal khusus yang diamati,
generalisasi induktif yang palsu karena salah tafsir terhadap evidensi (bukti)
di waktu lampau), generalisasi induktif semu (generalisasi yang menurut banyak
orang bertumpu pada pengamatan terhadap hal-hal khusus yang kenyataannnya tidak
demikian). Dan generalisasi non diduktif yang biasanya diambil dari sistem
nilai budaya bagaimana asumsi asumsi dibidang keagamaan, ekonomi, prilaku
sosial, dan lain sebagainya yang sudah meresapi kehidupi orang, seringkali
tidak pernah diuji dan dikaji secara krisis. Manakala penalaran deduktif
diambil stuktur intinya dan dirumuskan secara singkat, maka dijumpailah bentuk
logi yang disebut silogisme.
Cara Menggunakan Metode Deduksi untuk Meneliti
Penalaran
Contoh :
Kalau orang tuanya dari Bali datang menjenguk, Nanda
senang sekali. Dari Bali orang tuanya datang menjenguk dan menginap di
kontrakan rumahnya.
Maka Nanda senang sekali.
Dibawah
itu semua adalah hasil prosedur deduksi yang didasarkan atas penggunaan
silogisme sederhana, ekuivalensi atau tautologi. Hasilnya ditulis disebelah
kiri, prosedur yang digunakan di sebelah kanan. Baris terakhir adalah
konklusinya, yang harus sama dengan konklusi yang ditulis pro memori di
ats, kalau penalaran sahih.
Dengan
prosedur demikian itu, deduksi penalaran di ats menjadi seperti berikut:
1. P ﬤ A
2. P ᴧ M ؞ A
3. P 2, Simpl.
(artinya: disimpulkan dari baris 2 melalui simplifikasi.)
4. ؞ A 1.3, M.P. (dari bari 1
dan 3 melalui modus ponens.)
Contoh :
Menarik
kesimpulan dari suatu keadaan
Kumala masuk kuliah atau tidak masuk
kuliah
Kalau ia tidak masuk kuliah, kuliah
tentu libur
Sekolah tidak libur
Premis-premis
diatas sebetulnya sederhana sekali dan konklusinya dapat begitu saja
ditetapkan. Kalau menggunakan metode deduksi, menjadi demikian:
1. S v ~S Premis; tautologi.
2. ~S ﬤ L Premis.
3. ~L Premis
4. ~(~S) 2.3, M.T.
(melalui modus tollens).
5. ؞ S 1.4, silogisme disyungtif, atau:
4, ekuivalensi/negasi
ganda.
Menurut
kesimpulan deduksi diatas, maka konklusi ptremis-premis itu ialah: ‘Adam masuk
sekolah’.
Referensi :
Dr. W. Poespoprodjo, SH dan Drs.
EK. T.Gilarso, Logika Ilmu Menalar, CV. Pustaka Grafika, Bandung:1999
R.G. Soekadijo, Logika Dasar:
Tradisonal, Simbolik, dan Induktif, Gramedia Pustaka Utana, Jakarta:1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca artikel ini ^_^ Silahkan memberi komentar dengan kata-kata yang sopan. Harap tidak memberi komentar dengan kata-kata kasar ^_^