Senin, 11 Februari 2013

Deduksi



Deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih. Kesimpulan tersebut benar-benar suatu yang baru dan muncul sebagai konsekuen dari hubungan-hubungan yang terlihat dalam proposisi atau proposisi-proposisi tadi.
Deduksi jauh lebih sering terjadi dari persangkaan kebanyakan orang. Hampir setiap keputusan adalah deduksi, dan setiap deduksi ditarik (dideduksikan) dari suatu generalisasi yang berupa gneralisasi induktif yang berdasar hal-hal khusus yang diamati, generalisasi induktif yang palsu karena salah tafsir terhadap evidensi (bukti) di waktu lampau), generalisasi induktif semu (generalisasi yang menurut banyak orang bertumpu pada pengamatan terhadap hal-hal khusus yang kenyataannnya tidak demikian). Dan generalisasi non diduktif yang biasanya diambil dari sistem nilai budaya bagaimana asumsi asumsi dibidang keagamaan, ekonomi, prilaku sosial, dan lain sebagainya yang sudah meresapi kehidupi orang, seringkali tidak pernah diuji dan dikaji secara krisis. Manakala penalaran deduktif diambil stuktur intinya dan dirumuskan secara singkat, maka dijumpailah bentuk logi yang disebut silogisme.

Cara Menggunakan Metode Deduksi untuk Meneliti Penalaran
Contoh                        :
Kalau orang tuanya dari Bali datang menjenguk, Nanda senang sekali. Dari Bali orang tuanya datang menjenguk dan menginap di kontrakan rumahnya.
Maka Nanda senang sekali.
            Dibawah itu semua adalah hasil prosedur deduksi yang didasarkan atas penggunaan silogisme sederhana, ekuivalensi atau tautologi. Hasilnya ditulis disebelah kiri, prosedur yang digunakan di sebelah kanan. Baris terakhir adalah konklusinya, yang harus sama dengan konklusi yang ditulis pro memori di ats, kalau penalaran sahih.



            Dengan prosedur demikian itu, deduksi penalaran di ats menjadi seperti berikut:
1. P A
2. P ᴧ M         ؞ A
3. P                  2, Simpl. (artinya: disimpulkan dari baris 2 melalui simplifikasi.)
4. ؞ A                        1.3, M.P. (dari bari 1 dan 3 melalui modus ponens.)

Contoh                        :
Menarik kesimpulan dari suatu keadaan
            Kumala masuk kuliah atau tidak masuk kuliah
            Kalau ia tidak masuk kuliah, kuliah tentu libur
            Sekolah tidak libur
Premis-premis diatas sebetulnya sederhana sekali dan konklusinya dapat begitu saja ditetapkan. Kalau menggunakan metode deduksi, menjadi demikian:
1. S v ~S          Premis; tautologi.
2. ~S L        Premis.
3. ~L               Premis
4. ~(~S)           2.3, M.T. (melalui modus tollens).
5. ؞ S             1.4, silogisme disyungtif, atau:
                        4, ekuivalensi/negasi ganda.
Menurut kesimpulan deduksi diatas, maka konklusi ptremis-premis itu ialah: ‘Adam masuk sekolah’.




Referensi :
Dr. W. Poespoprodjo, SH dan Drs. EK. T.Gilarso, Logika Ilmu Menalar, CV. Pustaka Grafika, Bandung:1999
R.G. Soekadijo, Logika Dasar: Tradisonal, Simbolik, dan Induktif, Gramedia Pustaka Utana, Jakarta:1994
                                               






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca artikel ini ^_^ Silahkan memberi komentar dengan kata-kata yang sopan. Harap tidak memberi komentar dengan kata-kata kasar ^_^