Aliran Stukturalisme
Psikologi
struktural atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi
pikiran manusia dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi
dimaksudkan untuk mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang
juga disebut dengan psikologi konten. Pendekatan psikologi
stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika oleh muridnya Edward Bradford
Titchener.
Dalam konsep dan
sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3 tujuan
1. Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,
2. Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan
3. Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf
Kelemahan psikologi
struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya sekedar mempelajari isi
dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental.
Aliran Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang
operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara
kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas
dalam hubungan pikiran and perilaku.
Ciri –
ciri Fungsionalisme
Ø Menekankan
pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
Ø Fungsi-fungsi
psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis
Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya
dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
Ø Sangat
memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi
berbagai bidang dan kelompok manusia.
Ø Aktivitas
mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respons
adalah suatu kesatuan.
Ø Psikologi
sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari
biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat
membantu pemahaman tentang fungsi mental.
Ø Menerima
berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia, meskipun sebagian
besar riset dilakukan di Univ. Chicago ( pusat perkembangn fungsionalisme)
menggunakn metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidk
berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunnakan sangat tergantung dari
permasalahan yang dihadapi.
Metode –
metode dalam Fungsionalisme
1. Metode
observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Metode Fisiologis
Menguraikan
tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal. Jadi, mempelajari
perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.
b. Metode Variasi Kondisi
Tidak
semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi,
karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang
merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
2. Metode Instrospeksi
Stimulus
berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus
sehingga jiwa menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat subjektif
sehingga sulit di sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.
Aliran
dalam Fungsionalisme
Fungsionalisme
mempunyai 2 (dua) aliran, namun pendiri fungsionalisme itu sendiri adalah :
William
James (1842-1910)
James termasuk pendukung aliran evolusionalisme
dan bersamaan John Dewey mendirikan aliran fungsionalisme. James tergolong
orang yang berpikiran bebas. Yaitu bebas mengeluarkan dan mengembangkan ide
atau kritik yang orisinil. Salah satu ciri jalan pikirannya adalah berusaha
sedekat mungkin dengan kenyataan.
1. Aliran
Fungsionalisme Chicago
Terdapat
banyak tokoh Fungsionalisme di Universitas Chicago sehingga dapat dikatakan
menjadi aliran tersendiri yang disebut Fungsionalisme Chicago.
a. John
Dewey (1859-1952)
Pada tahun 1886 menulis buku yang berjudul
“Psychology” dan dalam bukunya ini beliau mengenalkan cara orang Amerika
belajar psikologi yaitu melalui cara pragmatisme. Sarjana-sarjana di Amerika
kurang tertarik dengan pertanyaan “Apakah jiwa itu?” tetapi lebih tertarik pada
pertanyaan “Apakah kegunaan jiwa?” John Dewey juga menganjurkan metode yang Ia
sebut dengan Learning by doing (belajar sambil melakukan) Dewey berpendapat
bahwa segala pemikiran dan perbuatan harus selalu mempunyai tujuan, oleh karena
alasan itulah ia menentang teori elementarisme.
b. James
Rowland Angell
James
memiliki tiga pandangan terhadap fungsionalisme, yaitu:
Ø Fungsionalisme
adalah psikologi tentang “mental operation” (aktivitas bekerjanya jiwa) sebagai
lawan dari psikologi tentang elemen-elemen mental.
Ø Fungsionalisme
adalah psikologi tentang kegunaan dasar-dasar kesadaran. Ini juga disebut
sebagai teori emergensi dari kesadaran.
Ø Fungsionalisme
adalah psiko-phisik, yaiitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang
terdiri dari badan dan jiwa.
2.
Aliran Fungsionalisme Columbia
Selain
di Chhicago, Fungsionalisme juga mempunyai banyak tokoh di Teachers College
Columbia yang disebut aliran Columbia. Ciri aliran ini adalah kebebasannya
meneliti tingkah laku yang dianggap sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan
dan psikologi tak perlu ersifat deskriptif karena yang penting adalah korelasi
tingkah laku dengan tingkah laku lain.
a. James
MC Keen Cattel (1866-1944)
Keen
Cattel mengusung teori mengenai kebebasan dalam mempelajari tingkah laku. Ia
mempunyai dua pandangan mengenai aliran fungsionalisme, yaitu:
Ø Fungsionalisme
tidak perlu menganut paham dualisme karena manusia dianggap sebagai keseluruhan
yang merupakan suatu kesatuan,
Ø Fungsionalisme
tidak perlu deskriptif dalam mempelajari tingkah laku, karena yang penting adalah
fungsi tingkah laku. Sehingga yang harus dipelajari adalah hubungan (korelasi)
antara satu tingkah laku dengan tingkah laku lainnya.
Dapat
dikatakan bahwa semua cabang-cabang psikologi modern merupakan perkembangan
dari fungsionalisme. Dalam percobaanya Cattel menemukan “kapasitas individual”
kemudian ia menciptakan alat-alat untuk mengukur kapasitas, kemampuan
individual yang sekaran kita kenal sebagai psikotes / mental test.
b.Edward
Lee Thorndike (1874-1949)
Edward
Lee pernah bekerja di “Teachers College of Columbia” dibawah kepemimpinan James
Mc. Keen Cattel. Thorndike lebih menekankan penelitiannya pada cara dan dasar
belajar. Dasar pembelajaran yaitu asosiasi dan cara coba-salah (trial and
error). Ia merumuskan beberapa prinsip:
Ø The Law
of Effect yaitu hukum yang menyatakan intensitas hubungan antara
stimulus-respons akan meningkat jika mengalami keadaan yang menyenangkan,
sebaliknya akan melemah jika keadaan tak menyenangkan.jika terjadi suatu
keadaan akan terjadi asosiasi dengan keadaan yang sebelumnya yaitu hubungan
stimulus-respon atau responsrespons.
Ø The Law
of Exercise atau The Law of use and disuse adalah hukum bahwa stimulus-respons
dapat timbul atau didorong dengan latihan berulangulang. Jika tak dilatih
hubungan tersebut akan melemah dan kemudian menghilang.
Aliran Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran
psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau
totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena
(gejala).
Tokoh
–tokoh Gestalt
1. Max
Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga
serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada
tanggal 15 April 1880. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya
objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam
waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi.
Pada
tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang
berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
Ø Hukum
Kedekatan (Law of Proximity)
Ø Hukum
Ketertutupan ( Law of Closure)
Ø Hukum
Kesamaan (Law of Equivalence)
2. Kurt
Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886.
Pada tahun 1910, ia bertemu dengan Wertheimer dan Kohler, bersama kedua orang
ini Koffka mendirikan aliran psikologi Gestalt di Berlin.
Teori
Koffka tentang belajar antara lain:
Ø Jejak
ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak.
Ø Jejak-jejak
ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt
dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan
jejak-jejak ingatan tadi.
Ø Perjalanan
waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak dapat
melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut
cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik
dalam ingatan.
Ø Latihan
yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
3.
Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21
Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan
C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt. Saat bertugas sebagai
asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka. Menurut
Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi
ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut
terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan
kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan.
Aplikasi
Prinsip Gestalt
1. Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif.
Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam
perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki
cara pandang baru terhadap suatu problem.
Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
Ø Pengalaman
tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku
yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
Ø Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
Ø Perilaku
bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif
jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru
hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta
didik dalam memahami tujuannya.
Ø Prinsip ruang
hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
Ø Transfer
dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain.
2.
Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul
setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya
pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa
perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena
penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya
insight pada individu tergantung pada :
a.
Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan
inteligensi individu.
b.
Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu
pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c.
Taraf
kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit
diatasi
d.
Latihan
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan
insight dalam situasi yang bersamaan
e.
Trial
and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu
masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan
insight untuk memecahkan masalah tersebut.
3.
Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan
jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula
sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip
of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara
sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip
seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu
informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi
oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui
faktanya.
Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang
didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku
harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Aliran ini berpendapat bahwa
perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan luar dan rekayasa
atau kondisioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini mengangap bahwa manusia
adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh situasi dan
perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari
eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang perilaku binatang
yang sebelumnya dikondisikan. Aliran perilaku ini memberikan kontribusi penting dengan
ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang
pendidikan, psikoterapi terutama dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas
dalam teori perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of enforcement,
yakni :
a.
ClassicalCondtioning
Suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi tertentu
apabila rangsang tersebut sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang
secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut.
b.
Law of Effect
Perilaku yang menimulkan akibat-akibat yang memuaskan
akan cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akiat yang menyakitkan akan
cenderung dihentikan.
c.
Operant Conditioning
Suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila dengan
perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang dinginkan oleh pelaku
(penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan
(penguat negatif).
d.
Modelling
Munculnya perubahan perilaku terjadi
karena proses dan penaladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi
(model) Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses
belajar yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku baru.
Prinsip Aliran Behaviorisme
Ø Menekankan respon
terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku.
Ø Perilaku adalah dipelajari
sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku
terbentuk karena dipelajari.
Ø Memusatkan pada perilaku
hewan.
Aliran
Psikoanalisa
Aliran ini
berasumsi bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam
dirinya yang terletak jauh di alam bawah sadar. Sigmund Frued, pendiri Psikoanalisa, adalah ahli psikologi pertama yang
memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia, bukan kepada
bagian-bagiannya yang terpisah. Selain itu, dengan memfokuskan pada salah satu
aliran saja diharapkan bisa mengenal lebih mendalam pemanfaatan psikologi bagi
kehidupan.
Sigmund Frued,
berkeyakinan bahwa jiwa manusia juga mempunyai struktur, Struktur jiwa
tersebut meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda. Keharmonisan dan
keselarasan kerja sama di antara ketiganya sangat menentukan kesehatan jiwa
seseorang. Ketiga sistem ini meliputi : Id, Ego, dan Superego. Sebagaimana
akan dijelaskan nanti, masing-masing sistem atau instansi memiliki peran dan
fungsi sendiri-sendiri.
1. Id
Dalam pandangan
Frued, apa yang dilakukan manusia khususnya yang diinginkan, dicita-citakan,
dikehendaki untuk sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan.
Hal ini dinamakan “ketaksadaran dinamis”, ketaksadaran yang mengerjakan
sesuatu. Frued menggunakan istilah Id untuk menunjukkan wilayah ketaksadaran
tersebut. Id merupakan lapisan paling dasar dalam struktur psikis seorang
manusia. Id meliputi segala sesuatu yang bersifat impersonal atau anonim, tidak
disengaja atau tidak disadari, dalam daya-daya mendasar yang menguasai
kehidupan psikis manusia.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia – pusat insting (hawa nafsu, istilah dalam agama). Ada dua insting dominan, yakni :
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia – pusat insting (hawa nafsu, istilah dalam agama). Ada dua insting dominan, yakni :
Ø Libido – instink reproduktif yang menyediakan energi
dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif;
Ø
Thanatos – instink
destruktif dan agresif. Yang pertama disebut juga instink kehidupan (eros),
yang dalam konsep Frued bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga
segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan kepada
Tuhan, cinta diri (narcisisme).
2.Ego
Subsistem yang
kedua – ego – berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas di dunia luar.
Ego merupakan mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan
realistik. Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena
kebutuhan manusia untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan.
Aktivitas Ego
tampak dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang objektif, yang sesuai dengan dunia
nyata dan mengungkapkan diri melalui bahasa. Ego juga mengontrol apa yang akan
masuk ke dalam kesadaran dan apa yang akan dilakukan. Jadi, Fungsi Ego adalah
menjaga integritas kepribadian dengan mengadakan sintesis psikis.
3. Superego
Superego adalah
sistem kepribadian terakhir yang ditemukan oleh Sigmund Frued. Sistem
kepribadian ini seolah-olah berkedudukan di atas Ego, karena itu dinamakan Superego.
Fungsinya adalah mengkontrol ego. Ia selalu bersikap kritis terhadap aktivitas
ego, bahkan tak jarang menghantam dan menyerang ego.
Konflik antara ego
dan superego, dalam kadar yang tidak sehat, berakibat timbulnya emosi-emosi
seperti rasa bersalah, menyesal, rasa malu dan seterusnya. Dalam batas yang
wajar, perasaan demikian normal adanya. Namun, pada beberapa orang hidupnya
sangat disiksa oleh superegonya, sehingga tidak mungkin lagi untuk hidup
normal.
Kesadaran dan ketidaksadaran
Pemahaman tentang
kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar
dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema
kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji
langsung, karena perilaku yang muncul merupakan konsekuensi logisnya.
Menurut Gerald
Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat
dari hal-hal berikut, seperti:
a. mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan,
keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri,
b. salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal
sebelumnya,
c. sugesti pasca hipnotik,
d. materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas, dan
e. materi yang berasal dari teknik proyeksi, serta isi
simbolik dari simptom psikotik.
Sedangkan
kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan
pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah
permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang
terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia,
semua pengalaman dan memori yang tertekan akan di himpun dalam alam
ketidaksadaran.
Kecemasan
GeraldCoreymengartikankecemasan
itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu.
Kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang
sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah mengingatkan
adanya bahaya yang datang. Sedangkan
menurut Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita,
neurotik dan moral.
a. kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang
datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung
kepada ancaman nyata.
b. kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink
akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya
terhukum, dan
c. kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya
sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung
merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.
Defence Mechanisme
Selain Id dan
Superego, menurut Frued, ada mekanisme lain yang juga berpengaruh terhadap
perilaku manusia. Mekanisme ini dinamakan defence mechanisme atau mekanisme
pertahanan diri. Freud menggunakan istilah mekanisme
pertahanan diri (defence mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang
melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada
dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya
mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme
pertahanan diri merupakan bentuk penipuan diri.
Aliran
Humanisme
Dari segi bahasa
humanisme artinya kemanusiaan, sedangkan menurut Istilah berarti suatu paham
mengenai kemanusiaan yang hakiki. Jelasnya, humanisme adalah suatu gerakan atau
aliran yang bertujuan untuk menempatkan manusia pada posisi kemanusiaan yang
sebenarnya.
Perhatian Psikologi
Humanisme yang utama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu
dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Ajaran-Ajaran Dasar Psikologi Humanisme
Ø Individu sebagai keseluruhan yang integral
Ø Ketidak relevanan penyelidikan dengan hewan
Ø Pembawa baik manusia
Ø Potensi kreatif manusia
Ø Penekanan pada kesehatan psikologis
Tokoh-Tokoh Humanisme
1. Abrahama H.
Maslov
Menurut Maslov ada
beberapa kebutuhan, terutama kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, yang lebih asasi.
Kemudian ada pula kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi sebelum memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya.
Secara terperinci
apa yang disampaikan Maslov dapat dilihat dalam penjelasan berikut. Maslow
membagi kebutuhan tersebut menjadi 5 secara garis besar, yaitu:
1.
Kebutuhan-kebutuhan
fisiologi.
2.
Kebutuhan akan
rasa aman.
3.
Kebutuhan akan cinta dan rasa saling memiliki.
4.
Basic need:
self-esteem need.
5.
Metaneed: self
actualization need.
2. Carl R. Rogers
Rogers adalah
seorang psikolog humanisme yang gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran
dan praktek pendidikan. Lewat karya-karyanya yang tersohor
seperti Freedom to Learn and Freedom to learn for the 80’s, ia
menunjukkan sejumlah prinsif-prinsif belajar humanisme yang penting, di
antaranya ialah:
Ø Hasrat untuk belajar
Ø Belajar yang berarti
Ø Belajar tanpa ancaman
Ø Belajar atas inisiatif sendiri
Ø Belajar dan perubahan
Daftar Pustaka
Ø Boeree,
C. Geroge. 2007. Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Modern. Jakarta
: Primasophie
Ø Brennan,
James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada
Ø Sarwono,
Sarlito W. 2000. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi.
Jakarta : bulan bintang.
Ø Wade,
Carole. 2007. Psikologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Ø http://psikologi.or.id
thanks banget yah atas artikel nya karena sangat membantu aku banget
BalasHapus