Motivasi dalam
Organisasi.
A.
Definisi
Motivasi
Istilah motivasi
(motivation) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti
“menggerakkan” (to move). Ada banyak perumusan mengenai motivasi,
menurut Mitchell dalam winardi, motivasi mewakili proses-proses
psikologika, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan suka rela (volunter) yang diarahkan ketujuan tertentu.[1]
Cropley, (1985)
Motivasi dapat dijelaskan sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku
tertentu”.Sedangkan Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi
arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.Pengertian ini
jelas bernafaskan behaviorisme.
Menurut RA.
Supriyono, motivasi adalah kemampuan untuk berbuat sesuatu sedangkan motif
adalah kebutuhan, keinginan, dorongan untuk berbuat sesuatu.Motivasi seseorang
di pengaruhi oleh stimuli kekuatan, intrinsic yang ada pada individu yang
bersangkutan.Stimuli eksternal mungkin dapat pula mempengaruhi motivasi tetapi
motivasi itu sendiri mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli tersebut.[2]
Definisi lain
tentang motivasi menurut Gray et-al dalam Winardi menyatakan bahwa
motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal
bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan
persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
B.
Konsep
Motivasi
Motivasi adalah bagian dari komunikasi, manajemen
dan kepemimpinan.Orang melakukan suat pekerjaan atas dasar suatu motif.Teori efisiensi-X
oleh Leibenstein (1978), menyatakan bahwa “perusahaan atau organisasi secara
internal efisien, yang berarti bahwa perusahaan atau organisasi itu
menghasilkan keluaran (output) maksimal bagi seperangkat sumber daya tertentu
(kadang-kadang disebut efisiensi teknis)”.Asumsi ini menimbulkan asumsi
sampingan bahwa organisasi pasti meminimalkan biaya.
Dari kajian kepustakaan yang dilakukan
Frantz (1988) mengenai efisiensi internal, ditemukan sebagian unsur yang
termasuk kedalam efisiensi-X, diantarnya adalah :
·
Kajian Produktifitas
·
Alokasi Sumber Daya
·
Faktor Pendekatan
Managemen
Dari
sudut pandang ekonomi terdapat empat unsur kunci yang merupakan konsep usaha di
tempat kerja, antara lain :
1. Aktivitas
(A) yang merupakan pekerjaan seseorang
2. Kecepatan
(K) melakukan aktivitas
3. Presisi
(P) Melakukan pekerjaan yang berkualitas
4. Pola
waktu (W) atau ritme melakukan pekerjaan[3]
Sementara hubungan horizontal
menciptakan tekanan dalam dua cara :
1. Melalui
norma
semua
anggota harus menanggung beban yang menjadi bagian mereka setelah mana mereka
bekas bekerja segiat mungkin.
2. Norma
Setiap
individu diharapkan bekerja sesedikit yang mereka inginkan, namun mereka tidak
boleh bekerja sedemikian giat sehingga membuat orang lain kelihatan buruk.
C.
Teori
yang menjelaskan Motivasi
Untuk memahami
tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang
motivasi, diantaranya :
motivasi, diantaranya :
a.
Teori Abraham H. Maslow (Teori
Kebutuhan)
Teori motivasi
yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar
pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan[4], yaitu :
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan[4], yaitu :
1. Kebutuhan
fisiologikal (physiological needs), seperti : lapar, haus, istirahat dan sex
2. Kebutuhan
rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga
mental, psikologikal dan intelektual
3. Kebutuhan
akan kasih sayang (love needs)
4. Kebutuhan
akan harga diri (esteem needs), pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status; dan
5. Aktualisasi
diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan seseorang
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
b.
Teori McClelland (Teori Kebutuhan
Berprestasi)
Dari McClelland dikenal
tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for
Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
1. preferensi
untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat
2. menyukai
situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain
3. menginginkan
umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.[5]
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.[5]
c.
Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”)
Teori Alderfer
dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer
merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan
eksistensi),
R = Relatedness (kebutuhanuntuk
berhubungan dengan pihak lain, dan
G = Growth (kebutuhan akan
pertumbuhan)
Apabila teori Alderfer disimak
lebih lanjut akan tampak bahwa :
·
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan
tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya;
untuk memuaskannya;
·
Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan
yang “lebih tinggi” semakin besar
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
·
Sebaliknya, semakin sulit memuaskan
kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,
semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
·
Pandangan ini didasarkan kepada sifat
pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena
menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif
yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang
mungkin dicapainya.[6]
menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif
yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang
mungkin dicapainya.[6]
d.
Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan
ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman
motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “
Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene
atau “pemeliharaan”[7].
·
Faktor Motivasional
Fakor motivasional adalah hal-hal
yang mendorong berprestasi yang sifatnya
intrinsic (bersumber dalam diri seseorang).Misal : pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain.
intrinsic (bersumber dalam diri seseorang).Misal : pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain.
·
Faktor Hygiene
Faktor hygiene atau pemeliharaan
adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
(bersumber dari luar diri), yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang.
(bersumber dari luar diri), yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang.
e.
Teori Keadilan
Inti
teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima.[8] Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima.[8] Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
·
Seorang akan berusaha memperoleh imbalan
yang lebih besar, atau
·
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat
dalam melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
menjadi tanggung jawabnya.
·
Bila itu tidak mungkin, kita menghapus
kekecewaan dengan meng-undurkan diri
dari organisasi tsb.
dari organisasi tsb.
f.
Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting
Theory)
Edwin Locke mengemukakan
bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni
:
1. tujuan-tujuan
mengarahkan perhatian;
2. tujuan-tujuan
mengatur upaya;
3. tujuan-tujuan
meningkatkan persistensi; dan
4. tujuan-tujuan
menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan
g. Teori
Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya
yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya
sebagai “Teori Harapan”. Menurut teoriini, motivasi merupakan akibat suatu hasil
dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa
tindakannya akanmengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila
seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk
memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya..
h.
Teori Kaitan Imbalan Dengan Prestasi
Menurut
model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internaladalah :persepsiseseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan.
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internaladalah :persepsiseseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi
motivasi seseorang, antara lain ialah :
1. jenis
dan sifat pekerjaan
2. kelompok
kerja dimana seseorang bergabung
3. organisasi
tempat bekerja
4. situasi
lingkungan pada umumnya
[1] Prof. Dr. J.Winardi, SE, Managemen Prilaku Organisasi,
(Jakarta: Kencana, 2004), hlm.1
[2] Supriyono, Managemen Organisasi,
(Bandung: Dieta Persada, 2003), hlm.329
[3] Ibid., Hlm 119
[4] Prof. Dr. Umar Nimran, MA., Prilaku
organisasi, (Surabaya: Citra Media), 1997, hlm.42
[5] Miftah Thoha, Prilaku
Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 1998, hlm 206-210
[6] Miftah Thoha, Ibid., hlm
204-206
[7] Prof. Dr. Umar Nimran, MA, Op.Cit.,
hlm 43
[8] Prof. Dr. Umar Nimran, MA, Op.Cit.,
hlm.46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca artikel ini ^_^ Silahkan memberi komentar dengan kata-kata yang sopan. Harap tidak memberi komentar dengan kata-kata kasar ^_^