A.
PengertianBudayaOrganisasi
Luthans menyatakan bahwa budaya organisasi adalah: Pola asumsi dasar
diciptakan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu saat mereka menyesuaikan
diri dengan masalah-masalah eksternal dan integrasi internal yang telah bekerja
cukup baik serta dianggap berharga, dan karena itu diajarkan pada anggota baru
sebagai cara yang benar untuk menyadari, berpikir dan merasakan hubungan dengan
masalah tersebut.[1]
Sutrisno mendefinisikan budaya organisasi sebagai perangkat sistem
nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs) atau norma-norma yang telah
lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai
pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasi.[2]
Robbin menyatakan bahwa budaya itu adalah sistem makna dan keyakinan
bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang menentukan, sebagian
besar cara mereka bertindak satu terhadap yang lain dan terhadap orang luar.[3]
Sedangkan Mangkunegara A.P. dapat mendefinisikan bahwa pengertian
organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan
norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku
bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal.[4]
Dari berbagai definisi tersebut pada prinsipnya budaya organisasi
merupakan nilai, anggapan, asumsi, sikap dan norma perilaku yang telah
melembaga kemudian mewujud dalam penampilan, sikap dan tindakan, sehingga
menjadi identitas dari organisasi tertentu.
Budaya organisasi sengaja
dirumuskan dan diturunkan dari visi serta misi perusahaan. Diharapkan dengan
terciptanya budaya organisasi, hubungan komunikasi menjadi lebih kondusif, dan
yang paling penting terciptanya etos dan kinerja perusahaan atau organisasi
yang mendorong pencapaian tujuan lebih baik.
Organisasi tanpa budaya hanya
akan menjadi kumpulan orang-orang yang tidak memiliki pegangan dalam mengejar
tujuan. Iklim organisasi akan menjadi kurang kondusif, hubungan antar karyawan
hanya akan sebatas hubungan biasa tanpa dilandasi oleh semangat kebersamaan
yang diikat oleh nilai-nilai yang sama.
Dua ahli teori Michael E. Pacanowsky dan Nick O`Donnell-Trujillo menyusun
Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory), yang mencakup
pembahasan mengenai nilai-nilai organisasi, cerita-cerita yang sering
disampaikan, tujuan, tindakan, dan filososfi organisasi.
B.
KarakteristikBudayaOrganisasi
Sepuluh karakteristik yang mempengaruhi budaya organisasi yang dapat
saling bercampur dan menunjang[5] :
1. Inisiatif individu
: Tingkatan tanggung-jawab,
kebebasan, dan ketergantungan yang dimiliki individu. Hal ini akan
mempengaruhi perkembangan budaya organnisasi.
2. Toleransi
terhadap resiko: Tingkatan dimana
pekerja didorong untuk agresif, inovatif, dan berani menanggung resiko. Jika hal
ini dipahami dan diikuti oleh seluruh anggota organisasi, maka budaya yang kuat
dalam organisasi akan cepat terbentuk.
3. Directions
(arah): Tingkatan dimana
organisasi menciptakan sasaran yang jelas dan prestasi yangdiharapkan.
4. Keterpaduan:
Keterpaduan koordinasi ini membuat jalannya organisasi menjadi
teratur, tanpa keterpaduan kesimpangsiuran informasi atau tindakan dalam
organisasi dapat mengacaukan sistem yang ada dalam organisasi.
5. Dorongan
manajemen: Tingkatan dimana
manajer menyediakan komunikasi yang
jelas, pengarahan dan mendorong bagiannya.
6. Kontrol:
Peraturan dan pengaturan, yang
baik, yang berjalan secara terus menerus merupakan bagian dari budaya
organisasi.
7. Identitas:Tuntutan perusahaan terhadap identifikasi diri
pekerjanya, dalam halprofesionalisme. Profesionalismeakanmembantu dalam
pembentukan identitas perusahaan
8. Sistem imbalan: Penilalan hasil kerja
berdasarkan kriteria yang jelas (kenaikangaji, promosi). Kejelasankriteriasistemimbalaniniakan
membuat karyawan puas.
9. Toleransi
terhadap Konflik: Semakin besar
toleransinya atau penerimaan perbedaan antar rekan kerja ataupun kelompok
kerja, akan mengurangi jumlah “benturan” dan menjadikan situasi kondusif.
10. Pola
Komunikasi: Tingkatan dimana
komunikasi dalam organisasi dibatasi oleh hirarki yang formal dan wewenangnya.
C.
FungsiBudayaOrganisasi
Menurut Sunarto dalamkajianteorikelompok 8, budaya
organisasi memiliki beberapa fungsi, antara lain :
1.
sebagai pengikat seluruh komponen organisasi, terutama
pada saat organisasi menghadapi guncangan baik dari dalam maupun dari luar
akibat adanya perubahan.
2.
alat untuk menyetukan beragam sifat, karakter bakat dan
kemampuan yang ada di dalam organisasi.
3.
identitas
organisasi, seperti logo
atauseragamanggota.
4.
sebagai suntikan energi untuk mencapai kinerja yang
tinggi.
5.
pemberi semangat bagi para anggota oerganisasi.
Organisasi yang kuat akan menjadi motivator yang kuat juga bagi para
anggotanya.
6. membawa
pendangan baru tentang kepemimpinan.
7. untuk
meningkatkan nilai dari Stakeholders-nya, yaitu angota organisasi, pemasok dan
pihak-pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
Selainitu, Robins mencatat lima fungsi budaya organisasi[6],
yaitu: membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya, meningkatkan “sense of identity” anggota, meningkatkan komitmen bersama, menciptakan stabilitas system socialdanmekanisme pengendalian yang memadu
dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Dan Siagian jugamencatat lima fungsi
penting budaya organisasi[7],
yaitu: sebagai penentu batas-batas perilaku, menumbuhkan jati diri organisasi, menumbuhkan komitmen sepada kepentingan bersama, sebagai tali pengikat bagi
seluruh anggota organisasi,
dan sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang
bersangkutan Namun, ada hal yang harus diperhatikan dalam budaya,
karena dianggap sebagai kelemahan budaya yaitudalam menghadapi
keadaan lingkungan yang fluktuatif, sulit dan tidak fleksibel. Dan menjadikaku terhadap nilai yang dianut, menyesuaikan kreatifitas
bawahan rendah.
D.
Unsur-UnsurBudayaOrganisasi
Unsur-unsur yang ada dalam budaya
organisasi yang
telahdijelaskandalamkajianteorikelompok 8, antara lain: Asumsi dasar, seperangkat nilai dan
keyakinan yang dianut, pemimpin, pedoman mengatasi masalah, berbagai nilai, pewarisan, acuan perilaku, citra dan brand yang khusus, sertaadaptasi.
Brown mengembangkannya sehingga dia
mendapatkan 3 unsur budaya organisasi. Unsur-unsur budaya organisasi menurut
Brown adalah[8] sebagai berikut :
1.
Artifacts (unsur dasar organisasi yang paling mudah
dikanali karena ia dapat dilihat, didengar, dan dirasakan ).
2.
Keyakinan, nilai-nilai, dan sikap yang berlaku didalam
organisasi.
3.
Asumsi-asumsi dasar yang mau tidak mau harus diterima
sebagai solusi bila terjadi suatu masalah. Menurut Schein, sebagaimana diadopsi
oleh Brown, ada lima dimansi yang perlu diperhatikan jika kita berbicara tentang asumsi-asumsi dasar dalam konteks
budaya organisasi, yaitu hubungan manusia dengan lingkungan, hakikat kenyataan dan kebenaran, sifat dasar manusia, hakikat aktifitas manusia, danhakikat hubungan antar
manusia.
E.
PerananBudayaOrganisasi
Wheelen&
Hunger (1986) secaraspesifikmengemukakansejumlahperananpenting yang
dimainkanolehbudayaperusahaan,[9]yaitu:
1.
Membantumenciptakan
rasa memilikijatidiribagipekerja
2.
Dapatdipakaiuntukmengembangkankeikatanpribadidenganperusahaan
3.
Membantustabilisasiperusahaansebagaisuatu
system social
4.
Menyajikanpedomanprilaku,
sebgaihasildarinorma-normaprilaku yang sudahterbentuk.
Singkatnya, budayaperusahaansangatpentingperanannya
di dalammendukungterciptanyasuatuorganisasi/perusahaan yang efektif.
tulisan yg kamu gunakan tidak sesuai.pembaca susah nak baca apa yg kmu tulis.
BalasHapusNice Share, tapi ada serangkaian kalimat yang tidak berspasi, but over all it's good :)
BalasHapus